Kamis, 29 Mei 2008

rambu peringatan

Entah untuk yang keberapa kali istilah 'pelanggaran' kemudian dikonsumsi menjadi bagian yang wajar dari rutinitas hidup. Bagaikan berjalan berdampingan pelanggaran kemudian beriringan dengan istilah disiplin. Blog ini pertama ku buat untuk menunjukkan sedikit simpati yang mentah kepada seorang sahabat karib saya yang melakukan pelanggaran lalu lintas beberapa minggu lalu, sekaligus rambu-rambu peringatan kepada diri sendiri.

Menyimak kasus pelanggaran yang dilakukan kawan saya, memang benarlah kawan saya melakukan tindak pelanggaran lalu lintas dengan melanggar rambu-rambu. Tindakan yang berlaku umum kemudian diterapkan oleh kawan saya dengan menerapkan 'sistem atur damai', sistem yang tidak lagi terasa asing karena biasa. Penindak hukum disini bukannya turut menerapkan garis-garis aturan yang ketat malah ikut terlibat malahan terlihat lebih senang dengan sistem yang "damai".

Tindakan pelanggaran yang dikonsumsi tersebut kemudian turut menjadi bagian dari tindakan indispliner yang saya lakukan hari ini. Ketika jam makan siang berlangsung, saya mencuri waktu dengan alasan tidak masalah terlambat sedikit toh pekerjaan yang akan saya lakukan hari ini tidaklah terlalu banyak. Dan dengan alasan itu pulalah akhirnya saya menyetujui ajakan teman untuk sekadar berjalan-jalan di mal, "cuci mata" kata teman saya sumringah.

Setelah berpikir dengan segenap daya upaya nyatanya tindakan membolos ataukah tindakan indispiliner jarang sekali saya lakukan ataulah kalaulah boleh dibilang ini tindakan yang pertama bagi saya. Motivasi tindakan kali ini lebih didasari atas RASA IRI pada mulanya. Atasan yang di kantor memanfaatkan waktu luangnya untuk sekadar jalan-jalan ataukah kungkow2 di mal, rekan sekerja yang juga turut melakukan tindakan yang sama, pokoknya jadi panas rasanya hati ini.

Patron-patron hitam pelanggaran yang semula kecil-kecilan ini kemudian ditolerir sehingga abstrak diterima umum. Membolos disekolahan dijadikan tren anak muda, para pegawai negeri yang menjadi pegawai tinggi (matahari udah tinggi di langit baru mulai ON) yang saban pagi sibuk ngumpul ngerumpi di warung-warung coto, ngebolos.

Dalam budaya yang dicitrakan oleh individu per individu secara kontinuibilitas akhirnya menjadi citra massa. Budaya iri, ikut-ikutan, gak mau tahu dan akhirnya kemudian digawangi dengan istilah ngetren yang menjamur 'cuek aja lagi' menjadikan berbagai tindakan pelanggaran akhirnya mendapat pemakluman.

Skala kecil tersebut kemudian berubah menjadi organisasi massal yang ditunjukkan oleh berbagai organisasi di negeri kita ini. Sebagai contoh gerakan kemahasiswaan ramai-ramai melakukan demonstrasi atas nama rakyat yang dilakukan secara kontinuitas tanpa mempertimbangkan pelanggaran yang sedang dilakukannya. Tindakan indispliner sewaktu jadwal perkuliahan berlangsung akhirnya menjadi kontras dengan menempatkan individu yang berteriak-teriak melakukan demo dengan individu lainnya yang di demo. Pelanggar menunjuk pelanggar.

Ada baiknya menempatkan diri masing-masing dalam penempatan yang tepat sehingga subjek dan objeknya menjadi nyata terlihat. Dan akhirnya dilihat dari segi manapun subjek dan objek pelanggaran sesungguhnya akan kabur terlihat karna batasan sudah menjadi budaya dari masyarakat di negeri ini