Kamis, 14 Agustus 2008

be it unto me

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga 15 Agustus ini barangkali sebuah permenungan kecil utamanya untuk diriku sendiri. Tepat setahun yang lalu hari ini kukenang sebagai lembaran dimana Aku mengenal Bunda ku ini selain sesosok wanita bernama Ibu. Mengenal dalam kosakata ini bukanlah dalam arti tidak tahu sama sekali, tetapi seyogianya sadar dan mengerti akan segala sikapnya saat itu.

Setahun yang lalu Aku dan sahabatku berboncengan menyusuri kotaku dimalam hari. Ketika itu Aku seperti dihampiri perasaan kangen pada Bunda-ku ini. Perasaan kangen itu bukannya muncul tanpa sebab, tetapi dikarenakan tanpa sengaja lewat di depan Bumi Katolik Rajawali (tempat berkumpulnya semua orang beragama Katolik setiap 15 Agustus.red).

Perasaan kangen tadi tidak kunjung membuatku singgah ke tempat itu. Hal itu membuatku justru mendiskusikannya karna dengan sikap yang cenderung bertanya, sahabatku menanyakan "Mengapa Maria justru mengambil peran penting dalam Agama Katolik?"

Pertanyaan tadi hampir sekorelasi dengan hirau pikuk diluar yang mempertanyakan Maria dengan segala perannya dalam Gereja. Aku ingat ketika dengan mendengus seorang kerabatku menyatakan "Setiap wanita bisa saja mengandung dan melahirkan Jesus Kristus tanpa terkecuali." Ungkapan pernyataan tadi justru menyiratkan bahwasanya Bunda Jesus tadi hanya mendapatkan sedikit keberuntungan, just magic only.

Semua akal dan daya upaya di alam pikirku kukumpulkan untuk menjawab fenomena tanya ini, tapi sekiranya dalamnya rasa keagamaanku hanya sekecil biji timun. Tidak mudah untuk menjawabnya, sampai kuputuskan untuk membawa sahabatku berdoa di depan patung Bunda Maria.

Malam sudah larut ketika Aku memutuskan mencoba berdoa di depan Bunda Maria. Dengan sedikit keras kepala Dia hanya menyaksikan diriku dari jauh ketika Aku berdoa. Semakin malam ketika suara jangkrik turut menghiasi selesainya doaku. Pelan-pelan Aku berjalan dalam remang malam sambil mengingat semua kisah-kisah Maria, Bunda Jesus.

Kepolosan mata patung Maria saat itu akhirnya memberiku jawaban yang tak lagi kosong. Aku mempercepat langkahku menghampiri sahabatku dan berkata dengan nada riang terselimut sunyi "Tahu gak kenapa Aku suka Maria?" Dia menggeleng. Aku pun menggeleng.

"Karna Dia tidak senaif kamu yang selalu mempertanyakan. Dia hanya berserah dengan sedikit kata yang terpatri selalu Jadilah padaku seperti yang Engkau kehendaki...."

Kala itu sahabatku memelukku dan berkata demikian "Be it unto me"

Dan demikianlah bilamana ada yang bertanya kepadaku "Mengapa Maria?" jawabnya selalu pada kesederhanaan kata "Be it unto me- Jadilah padaku seperti yang Engkau kehendaki.."

Bahkan ketika seorang wanita sezamannya didaulat hamil tanpa seorang suami, saya pikir tak ada yang seikhlas Maria dalam mengamini segala sesuatunya. Jin, tuyul ataukah malaikat yang akan dikandungnya kelak tidak ada jeda tanya untuk itu. Hanya kepercayaan sederhana yang diberikannya kepada Tuhannya selalu.

Kamis, 07 Agustus 2008

leaf four clover;suatu logaritma keberuntungan

08 Agustus 2008

Jejak memorable hoki tergurat di angka 8 tahun ini. 888....

Hoki? Keberuntungan? Inilah mungkin yang selalu diharapkan untuk selalu turut serta dalam sentuh corak hidup kita. Seakan inilah penyemarak yang selalu diiringi sorakan kala kita mendapatinya singgah di hidup.

Dalam damai doa kita selalu berbisik meminta diberikan anugerah rahmat kepada TYME, sungguh anugerah dan rahmat yang dimaksud tak lain hanyalah keberuntungan. Seperti bermain judi roullete, kepasrahan dalam doa kadang tidak berisi pernyataan syukur semata, tetapi berujung pada permintaan yang sederet tetapi dirangkum dengan sekata Anugerah/Rahmat.

Suatu sindiran pernah saya simak di internet berbunyi demikian "in god we trust. in gold we trust?

Saya sendiri bisa secara otomatis lebih memilih kata in gold i am trust, dengan kemungkinan sifat manusiawi yang lebih kuat membatini saya.

Suatu kali pernah terpaku membaca sebuah cerpen yang dimuat di sebuah harian kotaku berjudul "Doa yang mengancam". Cerpen itu kalaulah kuingat kembali lebih berkisah bagaimana tokohnya dengan mengharap sedikit keberuntungan melakukan tawar-menawar keinginan dengan Tuhan-nya.

Tak ada yang salah. Kita melakukan itu juga acap kali, dengan rasa hati atau permintaan yang barangkali lebih diperhalus entah karena kita takut pada kemurkaan Tuhan, entah...

Dengan mengharap keberuntungan pulalah, maka pada tanggal 08-08-2008 yang menggerakkan orang-orang berbondong melakukan ritual pernikahan, kelahiran anak (melalui caesar.red) atau kepentingan-kepentingan lainnya dengan seabrek harapan.

Keberuntungan dan Harapan seperti hampir terpaku erat sekoin untuk dibagi bersama. Law of attracttion, itulah yang diulas oleh Prof. Richard Wiesman yang lewat bukunya "The Luck Factor" mencoba mengurai bagaimana keberuntungan melingkupi dunia kita.

Survey yang dilakukan Wiesman ternyata mendapati bahwasanya keberuntungan diperoleh atas sikap dasar positif terhadap segala sesuatunya dan harapan yang besar bahwa segala sesuatunya akan berjalan baik.

Belajar dari rahasia berpikir positif dan selalu mempunyai harapan pulalah maka tak ada salahnya kalaulah kita dapat sedikit saja diam mengkritisi sesuatu. Ketika hari ini membuka blog dan mendapati blog saya sedikit banyak berisikan kesinisan dan kritisi, maka tak ada salahnya hari ini menu yang ditampilkan disajikan berbumbu unik kata bernama Keberuntungan dan Harapan.

Dengan harapan pulalah, Saya berharap orang-orang yang kebetulan mampir, numpang lewat ataupun yang sengaja membaca serius blog ini dapat menularkan hal-hal positif kepada orang-orang di sekitarnya. Semoga beruntung!!!