Minggu, 10 Mei 2009

maka Tuhan yang dicari tercuri

Sebuah pengalaman masa kecil ketika Aku menggali ke liang-liang tanah berlubang, memompakan cairan pembunuh serangga guna memancing Ratu Semut keluar dari sarangnya menyeruak ketika Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus 21 Mei 2009 berlangsung.

Pencarian Ratu Semut yang bagi saya kala itu Maha Besar mengulik rasa ingin tahu dan jiwa petualanganku.

Beberapa saat usaha pencarianku yang melelahkan akhirnya membuahkan hasil. Sang Penguasa bawah tanah berwarna merah itu nyata-nyatanya muncul. Yang mengherankan Sang Ratu tidak jauh berbeda dari rakyat-rakyat semut lainnya. Bila saja ada yang membedakannya maka pembedanya mungkin hanyalah bentuk badannya yang sedikit lebih raksasa.

Aku kecewa.

Yup.It's the point.Mungkin disebabkan karna tidak ada sesuatupun yang lebih super seperti dalam bayangan saya pribadi.

Kesuperan dalam segala yang berbau Maha itu pulalah yang mungkin dahulu kucari dalam Tuhan yang kugenggam. Keyakinan yang hampir pasti diwariskan orang tuaku tidak membuatku bertanya lebih lanjut akan Apa dan Siapa Dia? Tetapi lebih pada mukjizat ataukah perbuatan maha hebat apa yang dahulu dilakukannya.

Cerita panjang pencarian dan gelembung pertanyaan akan kehadiran Tuhan-ku baru terjadi tatkala penyangkalan atau saluran realitas dibukukan dalam fiksi. Kesukaanku membaca novel membuatku turut melahap The Da Vinci Code karya Dan Brown ataupun The Templar Legacy-nya Steve Berry.

Inkorealitas antara agama dan pengetahuan (sains) dalam kedua novel tersebut pada akhirnya mengulik area kesadaran tidak hanya saya tetapi setiap orang untuk mulai mempertanyakan Siapakah DIA yang banyak orang anut dan percayai?

Pencarian akan wajah Tuhan juga turut kudengarkan dari ceritera salah seorang sahabatku. Dalam sebuah pembicaraan alot dengannya terungkap bagaimana kisah dirinya movement dari sebuah aliran kepercayaan hingga aliran kepercayaan lainnya. Seperti baris-berbaris semut yang berjejer setiap agama dicicipi untuk tahu ke-Maha-an Tuhan dalam agama tersebut.

Paradoks pencarian Tuhan berujung seperti pencarian Ratu Semutku kala itu. Segala Maha yang dicari akhirnya muncul dalam wujud yang tak terelakkan sama, sebanding dan tidak lebih Maha dari yang lainnya. Tuhan yang dicari pada akhirnya tidak juga diperolehnya,tercuri dan tanpa disadari terenggut. God made him an atheist.

Tercuri.

Barangkali itulah yang terjadi tatkala pencarian demi pencarian tidak menjawab setiap pertanyaan. Laiknya semut yang menggali jauh dalam ke tanah sambil mengibaskan setiap butir pasir yang mengitarinya, pencarian berujung seperti memisahkan setiap butir pasir kesalahan untuk menemukan batu ke(pem)benaran.

Memisahkan pasir?

Sulit?

Barangkali.

Pada ujungnya jawaban yang dikehedaki tidak ditemukan juga. Masalah iman hanya menyisakan seonggok pertanyaan bilamana disandingkan dengan sains. Penutup dalam buku Steve Berry menyatakan bahwasanya Paus Leo X (1513-21) yang juga seorang medici menyatakan pernyataan yang pendek, sederhana namun aneh mengingat Dia Kepala Gereja Katolik Roma saat itu : "Selama ini mitos kristus sudah sangat berguna bagi kita"

Mitos ataukah fakta kebenaran tentang iman hanya perlu diyakini dan dipercayai dengan mutlak untuk sejenak kebaikan manusia di dunia.

Kej. 30:33
Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku: Segala yang tidak berbintik-bintik atau berbelang-belang di antara kambing-kambing dan yang tidak hitam di antara domba-domba, anggaplah itu tercuri olehku."