Rabu, 16 Juli 2008

only hopeless in pandora box

Sejatinya setiap kemenangan hampir selalu menaruh harapan yang jamak. Harapan itu bisa bermacam dalam rupa ataukah identifikasi kesuksesan, popularitas, kekayaan, ketenaran, kebanggaan, dll.

Membaca peluang akan harapan dan kemenangan yang dicari oleh setiap orang, maka tidaklah mengherankan bila dalam beberapa tahun belakangan bermunculanlah program-program layar kaca yang bermuara atau berakhir dengan persona individual “WINNER”.

Persaingan diatas pentas pada akhirnya melahirkan pesona drama baru. Setiap individu yang berlaga mencapai kemenangan itu menampilkan pentas akan makna pencapaiannya dengan berbagai sikap dan cara, dan tentu saja kemampuannya sesuai item konteks programnya.

Kontes kecantikan Miss Universe misalnya yang diusung 14 Juli 2008 lalu adalah salah satu contoh acara kontes dengan tema “Ratu Sejagat” yang awalnya merupakan cara Pacific Mills untuk mempromosikan produk pakaian renang Catalina mereka pada tahun 1952. Tidak banyak yang tahu,bukan? He8x. Pada tahun 1996, Donald Trump membeli hak kepemilikan kontes ini yang kemudian ditayangkan CBS dan pada 2003 beralih ke NBC.

Kontes kecantikan ini menaruh harapan yang prestisius akan makna kecantikan dari setiap negara, suku, budaya, dan harapan lainnya. Euforia pesta kontes ini yang walaupun banyak melahirkan pro dan kontra tetapi tidak dapat dipungkiri bahwasanya juga menaruh harapan dari setiap pemirsanya.

Kontes serupa seperti idol-idolan pun makin marak masuk dan menjarah, tidak hanya menjanjikan mimpi atau harapan yang jamak juga disertai eksklusivitas image yang ditiru.

Arti kemenangan kemudian bergeser yang pro dengan kontes tersebut menganggap itu sebagai kebenaran menyeluruh sedangkan yang kontra melihat hal tesebut sebagai hanya pertaruhan kanibal dengan pelbagai cara dan senjata.

Kontes kecantikan Miss Universe misal menuai komentar bahwasanya kontes tersebut seperti kontes persaingan boneka-bonekaan Barbie. Tapi dari komentar yang lainnya mengganggap kontes tersebut sebagai pertukaran untuk diperlihatkan ke mata dunia.

Ketika menulis blog ini seperti merenda garis tipis pro dan kontra menjadi bahan pemikiranku. Harus ada yang dipihak ketika menulis sebuah ide ataukah pemikiran. Tetapi kali ini benar-benar meragu.

Setiap kali menonton kontes-kontes serupa, Aku kemudian berpikir bahwasanya hampir setiap acara-acara tersebut akhirnya merupakan kesatuan harapan banyak orang yang bertumpu pada satu atau orang lainnya. Begitu langkanya kita untuk selalu menaruh harapan dan impian mempercayakan pada diri sendiri.

Mungkin hal inilah yang disimak program-program tersebut, sehingga sebuah kontes selalu memunculkan harapan, impian, dan tentu saja yang selalu diidam-idamkan dalam mimpi seorang/sesosok image bak pahlawan "Sang Pemenang".

Saya merasa cantik saat saya memikirkan bagian dalam diri saya. - Nelly Hayatghaib.

Bisa jadi kata-kata itu diciptakan Nelly ketika melihat dari layar kaca ratusan wanita melenggok diatas pentas dan turut merasakan dirinya hadir disana berjalan dengan daster diatas pentas, dan tetap merasa cantik, bahkan dia yang mendapatkan mahkotanya.

Yah, Harapan.

Bahwasanya Harapan yang merupakan satu-satunya yang tersisa dari kotak kecil Pandora adalah hanya satu-satunya jalan menuju Kemenangan. Kemenangan bagi diri sendiri. Impian bukan sekadar untuk digantungkan pada orang lain, tetapi seyogianya bertumpu pada diri sendiri. Merasa diri sendiri adalah Pahlawan dan Sang Pemenang.

Dan pada waktunya seperti kata-kata yang dituliskan Pliny the elder "Harapan adalah tiang yang menopang dunia. Harapan adalah mimpi orang-orang yang sedang tidak tidur.

Jangan pernah tertidur untuk terus mengurai harap dan mimpi menyaksikannya sebagai layar kaca kemenangan Anda pribadi dimana Anda ataupun Aku menjadi persona Winner bagi diri kita sendiri.

Tidak ada komentar: