Jumat, 03 Februari 2012

kamu, hujan dan durian

1.
Kita berteduh sejenak dari hujan dan pandangan kita sama-sama menangkap sosok lelaki disamping kita yang dengan gigi gemeletuk menggigil setengah kuyup tanpa mantel. Dia hanya berdiri memandangi satu titik yang mengaburkan pandang, dagangan durian nya yang terselubung mantel sewarna biru.

2.
Bau durian barangkali acap tersamar oleh aroma tanah yang meruah. Aku ingat permainan kelereng dengan mu menggunakan biji buah durian. Walau Aku dapat saja dengan mudah mengalahkan mu, Aku tetap saja sengaja melesetkannya supaya kau memenangkan perjudiannya. Senyum kemenangan mu adalah hadiah terbesar yang memang ingin kuperoleh tanpa kau sadari.

3.
Suatu kala ketika suami mu sedang melakukan perjalanan luar kota rasa ngidam pernah membuat aku menjemputmu berkeliling mencari durian naik becak di tengah hujan. Tatkala kita menemukannya dan durian ditempatkan berdesakan di bawah kaki kita, kau bahkan tidak menyentuhnya karna mual. Demi janin mu Aku terpaksa menghabiskan buah durian yang aromanya tak pernah Aku sukai itu di lidahku. Bersendirian dirumah Aku memuntahkan isi perutku serupa magma dari perut bumi.

4.
Kita, berteduh disini dalam pencarian lelaki yang kau sebut suami mu,sementara jari-jari mu berlomba dengan hujan untuk memungut air matamu. Sejenak, mungkin hanya Aku dan lelaki pedagang nya yang membaui aroma durian yang tersamar aroma becek. Barangkali, aromanya seperti cintaku yang tak pernah kau hirup dengan napas dalam mengisi rongga parumu. Senantiasa tersamar,eh?

5.
Aku membayangkan durian dan hatiku yang sama-sama mengandung duri. Aih, bahkan sekarang Aku cemburu pada lelaki tak pantas yang bermilikkan Engkau diatas kertas dan ranjang. Bersedihkan dia dengan sesengukan dan mata merah, hatiku turut ditusuk duri kecewa, amarah dan pedih.

6.
Hujan, durian, dan kita bertiga memandangi satu titik yang sama, durian bermantelkan jas hujan biru lusuh. Sungguh beruntung si buah durian, masih saja diliput kehangatan. Sementara kemudian, sang lelaki pemilik dagangan diliput gigil dingin merasuk tulang. Bahkan dariku juga si buah durian menang telak, kau sang pemilik hatiku, tapi kini hatikulah yang menggigil dingin. Itulah gunanya teman, batinku mencoba menenangkan diriku sendiri. Pepatah lama itu membuatku muak. Ah, rasanya Aku semakin benci durian!!!

Tidak ada komentar: