Selasa, 13 Desember 2011

desember dalam catatan anak bangsa

Anakku,
Kita memperingati berbagai hal
dengan cara yang berbeda.
Aku dengan air, kamu dengan api.
Entah mengapa?

Kelahiranmu kurayakan dengan ketuban,
sedangkan kamu dengan magma api di bola matamu.

Di hari pertama sekolah kuisikan jelaga air di tas punggungmu,
sementara engkau menggelayut ditanganku dengan api kemarahan.

Di sepanjang umurmu kularungkan air ke tanak berasku untuk kusaji di piringmu,
sementara engkau memakan tandas segalanya seperti api yang menghanguskan,
Tak bersisa.

Sementara kelak aku bermimpi tentang pernikahanmu yang akan kurayakan dengan air mata perpisahan,
sedangkan kau tentu saja dengan api cinta yang meletup-letup di jantung hatimu.

Kekinian akhirnya membawa aku melihat sesosok dengan api ditanganmu di depan Istana Merdeka, meledakkan dirinya. Aktivis begitu media berujar.
Aku yang sederhana hanya menatap lugu pada bergulirnya air mata dimata ku dan kawanmu serta segelintir sosok tak kukenal yang kemudian menyebutmu Pahlawan.

Yah, kamu Api yang menjerang jiwa bangsamu, tapi aku yang sederhana ini hanyalah air yang kemudian kunjung menenggelamkan diri pada sosokmu.

Anakku.

Lalu kita berpamitan.

Desember 2011,
In Memoriam Sondang Hutagalung

Tidak ada komentar: