Selasa, 11 Oktober 2011

Memories Inside Moon Queen's

Pangeran matahari dan puteri dari kerajaan bulan
saling jatuh hati,
tapi rentang jarak membuat keduanya terpisah.
Detik demi detik yang membengkak ditumpangi rindu,
membuat mereka kebingungan.
Sang puteri sedih,
tetapi ksatria bertitip bahwasanya
“Cinta membuat kita tak putus asa.”
Tak ada yang mampu membuat mereka bersatu,
kecuali melakukan suatu pelanggaran
yang ditentang oleh langit.
‘Suatu yang membahayakan, bahkan mematikan’
begitu titip kata nenek moyang mereka.
Di suatu dini hari, diantara mereka diaturlah sebuah pertemuan.
Mereka melesat meninggalkan kerajaan masing-masing.
Dengan seluruh kepercayaan yang dimilikinya pada cinta,
direlakannya segala hukuman
yang nantinya akan dikenang badan.
Langit mengamati, tapi tergerak oleh
ketulusan cinta sang kekasih.
Dengan hening seluruh langit menutup mata seolah tidur.
Subuh itu mereka bertemu.
“Kamu lebih dari cantik,” bisik sang pangeran tatkala melihat sang puteri.
Puteri bulan memegangi wajahnya sendiri.
Terlena oleh keberadaan asmara yang membisiki jiwanya,
Ia berlari menghampiri sang pangeran dan memeluknya erat.
Pangeran merangkulnya lebih erat dari
sejuta rantai yang meliliti seorang tawanan.
Panas menangkupi dan dengan seketika
membuat badan sang puteri meretak.
Pangeran matahari terkejut dan merasa bersalah
melihat Sang puteri tak lagi indah.
Badannya bopeng-bopeng, wajahnya mengelupas oleh panas,
seketika dilepaskannya pelukannya.
Dengan sekuat tenaga,
Pangeran mendorongnya sejauh yang dia bisa,
menjauh melewati berjarak galaksi.
Sang puteri terbias pucat dan terlalu putus asa,
sehingga tersayat luka oleh cintanya.
Sang puteri menangis dan dingin yang merobek galaksi dengan segera
mengubah air matanya menjadi bulir-bulir kristal dingin.
Suatu bintang, bentukan dari rasa cinta yang tak jua mati.
Semenjak itu bulan selalu bergerak memunggungi matahari,
mengubur diri dengan perjanjian gulita
agar Sang Pangeran tak bias oleh rasa bersalah
Bilamana suatu waktu mereka bertemu, rembulan memucat bias
Ingat bahwa dahulu mereka sempat saling bertatap.
Dan cinta ada dibalik punggung masing-masing,
Dengan bintang sebagai saksi dari betapa kekalnya sebuah pengorbanan
Atas nama cinta.

Tidak ada komentar: